Dalam era digital saat ini, interaksi di media sosial menjadi salah satu sarana utama menyampaikan opini dengan cepat. Akan tetapi, ketika sebuah komentar, meski berniat spontan dan tanpa maksud buruk, dihapus oleh pemilik postingan tanpa penjelasan apapun, hal tersebut bisa menimbulkan kesan tidak sopan dan merusak rasa saling percaya antar pengguna. Sesuai dengan etika komunikasi publik, seharusnya si pemilik postingan memberitahukan hal itu secepatnya kepada si pembuat komentar. Hal itu perlu dilakukan untuk menjaga hubungan baik yang selama ini sudah terjalin antara kedua belah pihak. Jangan sampai si pembuat komentar mengirim pesan permintaan maaf lebih cepat daripada si pemilik postingan, ini menandakan bahwa si pemilik postingan mengabaikan perasaan dari si pembuat komentar. Etika digital menuntut adanya keterbukaan dalam komunikasi, dan menghapus komentar begitu saja tanpa klarifikasi berpotensi mencederai norma kesopanan dan mudah disalahartikan oleh publik. Oleh sebab itu, penting sekali untuk memahami dampak sosial dan psikologis dari tindakan seperti itu, serta mencari pendekatan yang lebih bijaksana dalam menanggapi komentar yang sensitif. Baik itu sensitif mengenai hubungan antar pasangan, antar keluarga, antar individu, maupun antar golongan.
FAKTA MENGHAPUS KOMENTAR TANPA PENJELASAN TERNYATA TIDAK SOPAN
Media sosial mendorong adanya dialog dan keterlibatan antar pengguna, bukan sekadar satu arah antara pemilik akun dan audiens. Saat komentar dihapus tanpa pemberitahuan atau penjelasan, itu bisa dianggap sebagai:
1) Mengabaikan usaha komunikasi
Si pengirim komentar secara tidak langsung merasa pendapatnya ditolak begitu saja.
2) Menghilangkan rekam digital diskusi
Orang lain yang membaca posting bisa bingung kenapa tiba-tiba komentarnya hilang.
3) Membangkitkan kesan 'ngumpet'
Tanpa transparansi, publik bisa mengira si pemilik posting punya sesuatu untuk disembunyikan—apalagi kalau (seolah) komentar itu benar-benar spontan dan menyentuh hal yang sangat pribadi.
Riset tentang netiquette menggarisbawahi bahwa kita perlu memperlakukan komunikasi online seperti komunikasi langsung: berpikir apakah kita akan nyaman mengatakan hal yang sama secara tatap muka. Jika jawabannya tidak, maka sebaiknya kita pikir ulang menghapus atau menolak komentar begitu saja
MENGAPA MENGHAPUS KOMENTAR TANPA PENJELASAN BISA TERASA KASAR?
Perilaku tersebut bisa jadi dipicu oleh online disinhibition effect, yakni kecenderungan kita lebih cuek atau lepas kendali saat komunikasi hanya lewat teks dan tanpa tatap muka. Hal ini turut mengurangi empati, sehingga tindakan seperti langsung hapus komentar bisa dianggap lumrah oleh si A (pemilik postingan), padahal menyakiti perasaan si B (pembuat komentar) meskipun si A dipihak yang merasa tidak nyaman.
Selain itu, dalam banyak ruang digital, tindakan moderasi tanpa komunikasi dapat menumbuhkan ketidakpercayaan. Orang lain menilai kamu mudah sekali 'kabur' dari diskusi, apalagi jika kontennya berupa topik yang sensitif seperti masa lalu seorang keluarga.
Berikut ini contoh Kasus ilustratif tentang si A, masa lalu keluarga, dan komentar si B
Misalnya, si A punya saudara yang memiliki riwayat masa lalu yang traumatis, topik itu memang sangat sensitif dan si A memilih untuk tidak mengulangnya dalam postingan publik. Namun si B secara spontan mengomentari sesuatu yang berkaitan dengan topik tersebut, mungkin maksudnya hanya bercanda atau simpati, tapi membuat si A tidak nyaman.
Kalau si A langsung menghapus komentar B tanpa menyampaikan alasan, maka:
1. Si B bisa merasa dikucilkan atau disalahkan, padahal dia nggak bermaksud seperti itu.
2. Pembaca lain bisa berpikir ada konflik atau drama, padahal hanya masalah privasi.
3. Si A kehilangan kesempatan menunjukkan empati kepada si B, dan membangun pemahaman bahwa si B adalah pihak yang bersalah karena sudah membahas sesuatu yang nggak ingin dibahas lagi oleh si A.
APA YANG SEHARUSNYA LEBIH SOPAN?
Alih-alih langsung menghapus, langkah yang lebih sopan yang harus kamu lakukan adalah:
1. Memberi tahu B secara privat bahwa komentarnya menyentuh hal sensitif, dan minta tolong si B untuk menghapus sendiri.
2. Menyampaikan apresiasi terhadap niat baiknya, lalu coba jelaskan kenapa hal itu membuatmu merasa kurang nyaman.
3. Memberikan transisi personal: 'Maaf ya kalau aku membuatmu tersinggung dengan menghapus komenmu nanti, karena keluargaku punya riwayat sensitif, kuharap kamu bisa memahaminya.'
Tiga langkah diatas menunjukkan penghargaan terhadap hubungan interpersonal, sekaligus menjaga privasi dengan lebih elegan dan profesional. Karena jika si A tidak melakukan 3 langkah diatas maka akan ada dampak-dampak lain yang lebih fatal akibatnya terhadap keberlanjutan akun media sosial milik si A. Siapa tahu si B mempunyai banyak teman yang mensupport akun si A, maka capat atau lambat si A akan mengalami penurunan Likes dan Komen, ditandai dengan jumlah Views yang makin lambat. Biasanya dalam satu hari bisa mendapatkan 24K views, setelah beberapa kali menghapus komen tanpa penjelasan, mungkin untuk mendapatkan 24K views baru bisa dicapai setelah tiga hari atau lebih.
STRUKTUR URUTAN KOMUNIKASI YANG MANUSIAWI DAN PERSONAL
(a) Awali dengan apresiasi spontan
'ThankS banget atas perhatianmu dan komentarnya barusan...'
(b) Jelaskan secara jujur dan ringan
'Komen itu sebenernya cukup berat buat aku soalnya terkait dengan masa lalu...'
(c) Ajukan permintaan dengan sopan
'Kalau nggak keberatan, boleh tolong hapus komentar itu?'
(d) Tawarkan penjelasan personal
'Nanti aku jelasin via pesan, biar nggak kepanjangan di kolom komentar.'
CONTOH KONKRET YANG SERINGKALI DIALAMI OLEH NETIZEN KITA
🔹 1. Kalau si A mau minta si B menghapus komentarnya
(Biar lebih halus dan tetap menghargai si B)
*** 'Halo [nama B], maaf ya, komentarmu di postinganku agak sensitif buat keluarga. Kalau berkenan, bisa tolong hapus? Nanti aku jelasin lewat DM biar lebih jelas.'
*** 'Hai, aku ngerti banget maksudmu baik, tapi komentarmu di postinganku menyangkut hal yang cukup pribadi. Kalau nggak keberatan, boleh tolong hapus ya? Aku akan jelasin lewat pesan pribadi.'
*** 'Halo, maaf mengganggu, cuma mau minta tolong kalau bisa hapus komentarmu di postinganku. Ada hal pribadi yang bikin aku agak kurang nyaman. Nanti aku cerita lewat DM ya, makasih banyak 🙏.'
🔹 2. Kalau si A mau hapus komentar sendiri, lalu kasih penjelasan ke si B
(Supaya si B nggak tersinggung)
*** 'Halo [nama B], aku barusan hapus komentarmu di postinganku ya. Bukan karena aku marah, tapi karena ada hal pribadi yang sensitif buat keluarga. Nanti aku jelasin di DM, makasih sudah ngerti 🙏.'
*** 'Hai, sori aku terpaksa hapus komentarmu di postinganku biar nggak salah paham sama pihak lain. Sebenarnya aku ngerti maksudmu baik kok. Nanti aku ceritain alasannya di DM ya.'
*** 'Maaf ya, aku hapus komentarmu tadi karena ada hal yang cukup pribadi. Aku sama sekali nggak tersinggung kok, cuma biar nggak jadi masalah. Nanti aku jelasin di pesan pribadi.'
Jadi si B tetap merasa dihargai, dan si A bisa menjaga privasi, dan hubungan pertemanan akan tetap baik.
AKHIR KATA
Menghapus komentar di media sosial tanpa penjelasan mungkin terasa cepat dan praktis. Tapi kalau kita hanya fokus efisiensi, sering kali kita abaikan nilai kepercayaan dan hubungan. Seperti yang diingatkan dalam konteks budaya digital yang haus kecepatan, hubungan yang sehat butuh effort dan kehangatan, bukan sekadar 'klik hapus'
Jadi, kalau kamu di posisi si A, coba berpikir: apakah tindakan yang paling sopan adalah hapus komentar, atau justru memulai dialog yang lebih hangat? Jaga privasi boleh, tapi tetap jangan lupakan empati dan rasa saling menghormati. Apa yang saya tulis ini mengajak kita menanamkan kebiasaan komunikasi yang lebih manusiawi....bahkan di dunia yang cepat dan kadang dingin ini.
REFERENSI:
1. https://www.verywellmind.com/ten-rules-of-netiquette-22285
2. https://www.wired.com/2013/03/digital-natives-etiquette-be-damned
3. https://www.reddit.com/r/unpopularopinion/comments/ta90ss/deleting_comments_youve_made_is_incredibly_rude/
4. https://qontak.com/blog/cara-menanggapi-komentar-negatif-di-sosial-media/


Posting Komentar