Aku selalu punya rasa penasaran tersendiri dengan langit malam. Bukan cuma karena bintangnya yang berkelap-kelip, tapi karena di balik cahaya itu ada kisah panjang tentang waktu, jarak, dan hal-hal yang nggak bisa dijangkau oleh tangan manusia. Salah satu yang menarik perhatian banyak orang beberapa waktu lalu adalah kemunculan benda langit bernama komet 3I/ATLAS. Nah, dari obrolan di media sosial, aku perhatikan banyak masyarakat awam yang punya pandangan unik - bahkan lucu tentang benda luar angkasa ini.
Sebagian orang menganggap komet 3I/ATLAS sebagai 'tanda' dari sesuatu yang besar. Ada yang bilang itu pertanda bencana, ada juga yang percaya itu membawa keberuntungan. Aku maklum, karena sejak dulu manusia memang punya kebiasaan mengaitkan langit dengan nasib. Tapi sebenarnya, kalau kita mau menelusuri lebih dalam, komet 3I/ATLAS bukan cuma sekadar bola es yang lewat di langit, melainkan juga bagian dari sejarah besar perjalanan benda-benda antarbintang.
Jadi, komet ini pertama kali terdeteksi pada tahun 2019 oleh Asteroid Terrestrial-impact Last Alert System (ATLAS) - sebuah sistem yang memang dirancang untuk mendeteksi benda langit yang bisa mendekati Bumi. Yang membuatnya istimewa adalah kode '3I' di depan namanya. Huruf 'I' menandakan bahwa benda ini interstellar, alias datang dari luar tata surya kita. Jadi, bisa dibilang komet ini adalah tamu dari tempat yang bahkan belum bisa kita bayangkan jaraknya. Bayangkan saja, ia melintasi ruang antarbintang selama entah berapa juta tahun, lalu tiba-tiba melintas di dekat sistem tata surya kita.
Buatku pribadi, hal itu seperti melihat seseorang dari negeri asing yang datang sebentar, lalu pergi lagi tanpa sempat kita kenal lebih dalam. Tapi kedatangannya meninggalkan kesan, meninggalkan pertanyaan, dan menimbulkan rasa ingin tahu yang sulit dijelaskan. Seperti yang sering aku lihat di TV, menurut para ahli antariksa internasional, komet 3I/ATLAS adalah benda yang teramat sangat besar. Bahkan jika dihitung berdasarkan pengamatan para ahli antariksa, komet 3I/ATLAS berdiameter lima kali lebih besar daripada planet yupiter. Aku nggak bisa membayangkan, karena planet yang terbesar di tata surya kita adalah planet Yupiter. Pendapat itu adalah pendapat para ahli antariksa yang aku lihat di TV, lalu bagaimana dengan pendapat orang awam?
Kalau dilihat dari sudut pandang orang awam, komet 3I/ATLAS sebenarnya bukan benda besar. Ia diperkirakan berdiameter beberapa ratus meter saja, dan pada satu titik sempat pecah menjadi beberapa bagian saat mendekati Matahari. Suhunya yang ekstrem dan tekanan gravitasi yang luar biasa besar membuat struktur komet itu rapuh. Tapi anehnya, justru dalam kehancurannya itu, manusia jadi semakin tertarik padanya. Mungkin memang begitulah sifat manusia - kita sering kali tertarik pada sesuatu yang misterius, bahkan saat benda itu sedang hancur perlahan. Yang namanya pendapat orang awam, itu sah saja karena pendapat setiap orang pasti berbeda-beda.
Aku juga orang awam, aku bisa memahami kenapa banyak yang memandangnya secara emosional. Kita ini hidup di dunia yang penuh ketidakpastian. Jadi ketika ada sesuatu yang luar biasa terjadi di langit, secara naluriah kita merasa itu pasti punya makna. Kadang bukan karena kita percaya takhayul, tapi karena kita butuh simbol untuk memahami hal-hal besar yang nggak bisa dijelaskan dengan logika sederhana.
Aku sendiri nggak menganggap komet 3I/ATLAS sebagai pertanda baik atau buruk. Bagiku, kehadirannya justru semacam pengingat: bahwa di luar sana, ada dunia yang jauh lebih luas daripada yang kita bayangkan. Bahwa apa pun yang terjadi di Bumi - perang, bencana, kesedihan, atau kebahagiaan - semuanya hanya sebutir debu dalam bentangan alam semesta. Dan jujur saja, ada sesuatu yang menenangkan dalam kesadaran itu.
Yang menarik, para ilmuwan juga menilai bahwa komet 3I/ATLAS bisa membawa informasi berharga tentang komposisi materi dari luar tata surya. Dengan menganalisis cahayanya, mereka bisa menebak kandungan gas, debu, dan unsur kimia yang membentuknya. Itu artinya, setiap kali komet seperti ini melintas, kita sebenarnya sedang diberi kesempatan untuk 'membaca surat' dari bintang-bintang jauh di luar sana. Surat yang mungkin sudah melayang di ruang hampa selama jutaan tahun sebelum akhirnya mampir ke halaman depan tata surya kita. Apalagi itu memang sudah lama sekali, komet 3I/ATLAS sebenarnya sudah berumur milyaran tahun. Jauh lebih tua dari bumi kita ini.
Aku rasa, di sinilah letak keindahan sains - ia nggak selalu kaku, tapi juga bisa puitis. Komet 3I/ATLAS mungkin bukan tanda kiamat, bukan juga pertanda keberuntungan. Ia hanyalah pengunjung asing yang datang untuk mengingatkan kita bahwa alam semesta ini masih penuh rahasia.
Dan entah kenapa, setiap kali aku menatap langit dan membayangkan komet itu melintas entah di mana sekarang, aku merasa kecil tapi juga terhubung dengan sesuatu yang jauh lebih besar dari diriku sendiri. Mungkin itu sebabnya, meskipun aku tahu semua ini cuma tentang es dan debu yang berputar di ruang angkasa, rasanya tetap aja ada makna di baliknya dan sudah pasti membuat orang awam seperti aku jadi tambah puyeng.....di pikiranku, benda itu adalah pesawat Alien. Semoga saja nggak seperti yang kupikirkan. Apakah kau berpikir seperti apa yang sedang kupikirkan?


Posting Komentar